Hidup ini tidak selamanya menyenangkan, bahkan ketika semua orang melihat kita dalam kondisi bahagiapun, belum tentu jiwa kita ada dalam kebahagiaan! Kepahitan hidup sering mampir pada jalan hidup semua orang, tanpa bisa diduga kepahitan itu kapan akan hadir. Jiwa yang kuatpun, suatu saat bisa merasa begitu merana. Di saat seperti inilah kita butuh teman yang mampu meredakan perasaan merana yang menyelimuti jiwa kita, sebuah dekapan tulus penuh kasih, akan terasa nyaman pada jiwa kita.
Budaya berpelukan sebagai luapan kasihsayang, di negara kita Indonesia tidak sepopular seperti di negara lain, terutama negara-negara barat yang terbiasa dengan berpelukan dan berciuman dimuka umum dan memerlihatkan ekspresi kasih dengan tindakan. Untuk hal ini teman saya warga negara Belanda, ketika dia berada di Jakarta menyatakan, keheranannya melihat pasangan bertengkar hebat dimuka umum, masyarakat terlihat tidak acuh dan tak menghiraukan sama sekali, seolah itu hal yang biasa. Berbeda dengan ketika melihat sepasang kekasih berpelukan mesra dan berciuman, banyak mata memandang dengan pandangan sinis dan merasa risih. Teman saya bertanya,: ‘mengapa orang mengekspresikan tindakan cinta, malah dipandang dengan sinis? Sementara orang yang mengekspresikan kebencian, tidak diperdulikan?’
Saya punya pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Suatu hari di sebuah airport bertemu dengan sepasang orang tua yang duduk agak terpisah, ketika pesawat transit cukup lama. Dalam kerumunan orang asing di negara asing, saya merasa sendirian, benar-benar tercekam perasaan yang butuh teman. Dengan perasaan galau saya memandang berkeliling, akhirnya pandangan saya terantuk pada sepasang suami istri warga asing dan berusia lanjut yang sedang menangis berangkulan.
Dengan perasaan iba melihat kesedihan mereka, sedangkan sayapun saat itu butuh teman, saya menghampirinya, kami tidak bisa berkomunikasi, bahasa menjadi kendala untuk itu, tetapi dengan situasi tanpa direncanakan, tiba-tiba saya sudah ada dalam pelukan pasangan tersebut. Kami bertiga saling memeluk, dan ada perasaan nyaman karena punya teman berbagi walaupun tidak tahu kisah apa yang membuat mereka sedih. Dengan bahasa Inggris yang kacau dan seadaanya, akhirnya saya bisa menangkap kesedihan pasangan tua tersebut. Ternyata mereka warga negara Rusia yang akan pergi ke Jerman untuk menghadiri pemakaman putri satu-satunya milik mereka, dan mereka mendapatkan pemuasan kerinduan pada putrinya tersebut dengan memeluk saya.
Ternyata sebuah pelukan bisa menentramkan perasaan dengan demikian dahsyat. Ketika akhirnya sambil menunggu kembali kepesawat, kami lewati dengan minum dan makan bersama, kemudian berpamitan dengan suatu perasaan yang sudah terlegakan karena pelukan tersebut. Pesawat kami berbeda, Tetapi kami bergandengan tangan bertiga menuju tempat yang sama menuju pesawat masing-masing dengan hati yang lebih nyaman, kami bisa saling tersenyum satu dengan lainnya, padahal kami tidak kenal sama sekali. Ternyata bahasa cinta tidak perlu tahu siapa orang yang ada dihadapan kita, tindakan cinta tidak perlu pamrih! Benar slogan yang mengatakan ‘jangan ukur cinta dengan logika’
Sejak saat itu, saya menjadi tahu kedahsyatan sebuah dekapan penuh kasih. Maka ketika ada teman yang dalam kondisi tidak bahagia, baik karena sakit, atau dalam masalah kerjaan dan interaksi dalam keseharian hidup. Saya selalu coba memberi dukungan dengan berkata atau berkirim pesan: ‘mari saya peluk kamu’. agar merasakan di dunia ini tidak sendirian dalam menghadapi masalah-masalah yang membuat hati tidak bahagia, tetapi ada teman untuk berbagi, dimana bisa saling memberikan kehangatan dengan cintakasih.
Di Indonesia tidak semua orang terbiasa untuk memberi pelukan pada orang asing atau sekedar teman, sehingga dari kebiasaan saya ini beberapa kali mendapat respon yang tidak diharapkan, ada beberapa orang yang menjadi salah paham dan salah tangkap maksud hati, yang hanya ingin memberi kelegaan, ketentraman. Semoga budaya memberi kasih tanpa pamrih ini bisa lebih diterima dengan tulus tanpa prasangka macam-macam.
Pelukan gratis
Lenny seorang teman yang bermukim di Jerman, minggu lalu mengirimkan foto-foto tentang kegiatan kampanye ‘Pelukan Gratis’ di Zeil - Pusat Shopping Centre’ Frankfurt, di millis kami bersama yaitu Globalindo (GIS).
Awal dari gerakan kampanye ‘pelukan gratis’ ini berasal dari seorang pria bernama Juan Mann yang berkampanye memberi “Pelukan Gratis” yang dia mulai pada tanggal 1 Desember 2004, dia mulai memberikan pelukan di Pitt Street Mall di pusat kota Sydney. Hal tersebut Mann lakukan, pada saat merasa tertekan dan kesepian sebagai akibat dari kesulitan pribadi yang banyak mendera dalam hidupnya. Pelukan yang dia dapatkan dari orang asing di jalanan mampu membuat perasaannya nyaman dan merasakan sensasi sebagai sosok seorang yang istimewa, karena dengan peluk, kita bisa merasa ternyata banyak orang yang sayang.
Ketika jaman dimana sesuatu yang gratis itu sulit di dapat, maka ketika ada orang yang memberikan sesuatu dengan gratis, banyak orang tidak percaya dan memandang dengan sikap curiga. Seperri contoh, seorang teman yang suka rela mendonorkan ginjalnya untuk seseorang, tidak serta merta ucapan syukur dan terima kasih yang dia dapat untuk tindakannya ini, malah pandangan curiga dan ketidak percayaan lebih mendominasi situasi yang ada. Demikian juga kegiatan ‘pelukan gratis’ di jalanan untuk orang asing yang tidak kita kenal dan ‘pelukan gratis’ untuk seorang teman yang bukan kekasih yang kita berikan, banyak disikapi dengan kecurigaan dan pertanyanan, kenapa ada hal seperti ini?
Ketika segala hal harus dibeli, bukan diberikan gratis. Ulah Juan Mann pun mendapat tekanan sehingga diberhentikan, dianggap menganggu ketertiban umum, sampai akhirnya Pada tanggal 30 Oktober 2006, Mann diundang oleh Oprah Winfrey untuk tampil di acaranya Oprah. Mann sangat gigih dengan metode ‘peluk gratis’ nya, tanggal 25 Desember 2007, dia membuat e-book “Panduan Illustrated ke Pelukan Gratis” tersedia sebagai download gratis. Pada tanggal 22 November 2008, tayang di YouTube. (sumber: Wikipedia)
Kampanye ‘pelukan gratis’ adalah suatu tindakan tulus dimana kita bisa saling memberi dekapan kasih satu dengan lainnya, membangun rasa kemanusiaan untuk saling memerhatikan dan memberi dukungan pada jiwa untuk suatu amal perbuatan kasih. Mengapa masih banyak orang curiga ketika kita tulus memberikannya?. Itu lebih disebabkan situasi kemasyarakatan sekarang ini, dimana tindak kekerasan mewarnai hidup manusia. Marilah kita canangkan motto: ‘jangan ukur cinta dengan logika, Tetapi rasakan cinta kasih bekerja didalam hati anda’.
Manusia butuh teman
Perumpamaan bahwa: ‘manusia ibarat malaikat bersayap satu, dimana dia perlu teman untuk bergandengan dan mempunyai dua sayap agar bisa terbang tinggi’ sebuah perumpamaan yang pas! Sebagai makhluk sosial, manusia butuh sentuhan, jika fisik tidak bisa bertahan dengan tidak makan dan minum, demikian pula jiwa tidak akan tahan jika hidup tanpa kasih, tanpa cinta, tanpa teman.
Sering kali kita hidup dengan membuat kotak-kotak sehingga kita hidup terpisah secara kejiwaan. Coba bayangkan hanya untuk mendapatkan pelayanan disebuah salon saja, tertulis ‘melayani hanya dari kalangan umat tertentu’, bukankah hidup perlu kebersamaan, mengapa harus merasa berbeda?. Mari Alirkan cintakasih tanpa memandang suku, agama dan bangsa, buatlah dunia lebih nyaman untuk ditinggali.
Hukum energi cinta berkata: ‘sebanyak yang engkau berikan, maka akan dikembalikan dengan berlipat ganda’. Kasih sayang bisa didengar oleh orang tuli. Kasih sayang bisa dilihat oleh orang buta, dan kasih sayang bisa dirasakan oleh jiwa kita.
Jika dengan memberi senyum yang tulus dan pelukan hangat pada orang yang membutuhkan kekuatan, bisa membuat keadaan menjadi lebih baik, mengapa tidak kita lakukan? Daripada saling menghujat serta menyakiti dengan pelbagai kekerasan.
Budaya berpelukan sebagai luapan kasihsayang, di negara kita Indonesia tidak sepopular seperti di negara lain, terutama negara-negara barat yang terbiasa dengan berpelukan dan berciuman dimuka umum dan memerlihatkan ekspresi kasih dengan tindakan. Untuk hal ini teman saya warga negara Belanda, ketika dia berada di Jakarta menyatakan, keheranannya melihat pasangan bertengkar hebat dimuka umum, masyarakat terlihat tidak acuh dan tak menghiraukan sama sekali, seolah itu hal yang biasa. Berbeda dengan ketika melihat sepasang kekasih berpelukan mesra dan berciuman, banyak mata memandang dengan pandangan sinis dan merasa risih. Teman saya bertanya,: ‘mengapa orang mengekspresikan tindakan cinta, malah dipandang dengan sinis? Sementara orang yang mengekspresikan kebencian, tidak diperdulikan?’
Saya punya pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Suatu hari di sebuah airport bertemu dengan sepasang orang tua yang duduk agak terpisah, ketika pesawat transit cukup lama. Dalam kerumunan orang asing di negara asing, saya merasa sendirian, benar-benar tercekam perasaan yang butuh teman. Dengan perasaan galau saya memandang berkeliling, akhirnya pandangan saya terantuk pada sepasang suami istri warga asing dan berusia lanjut yang sedang menangis berangkulan.
Dengan perasaan iba melihat kesedihan mereka, sedangkan sayapun saat itu butuh teman, saya menghampirinya, kami tidak bisa berkomunikasi, bahasa menjadi kendala untuk itu, tetapi dengan situasi tanpa direncanakan, tiba-tiba saya sudah ada dalam pelukan pasangan tersebut. Kami bertiga saling memeluk, dan ada perasaan nyaman karena punya teman berbagi walaupun tidak tahu kisah apa yang membuat mereka sedih. Dengan bahasa Inggris yang kacau dan seadaanya, akhirnya saya bisa menangkap kesedihan pasangan tua tersebut. Ternyata mereka warga negara Rusia yang akan pergi ke Jerman untuk menghadiri pemakaman putri satu-satunya milik mereka, dan mereka mendapatkan pemuasan kerinduan pada putrinya tersebut dengan memeluk saya.
Ternyata sebuah pelukan bisa menentramkan perasaan dengan demikian dahsyat. Ketika akhirnya sambil menunggu kembali kepesawat, kami lewati dengan minum dan makan bersama, kemudian berpamitan dengan suatu perasaan yang sudah terlegakan karena pelukan tersebut. Pesawat kami berbeda, Tetapi kami bergandengan tangan bertiga menuju tempat yang sama menuju pesawat masing-masing dengan hati yang lebih nyaman, kami bisa saling tersenyum satu dengan lainnya, padahal kami tidak kenal sama sekali. Ternyata bahasa cinta tidak perlu tahu siapa orang yang ada dihadapan kita, tindakan cinta tidak perlu pamrih! Benar slogan yang mengatakan ‘jangan ukur cinta dengan logika’
Sejak saat itu, saya menjadi tahu kedahsyatan sebuah dekapan penuh kasih. Maka ketika ada teman yang dalam kondisi tidak bahagia, baik karena sakit, atau dalam masalah kerjaan dan interaksi dalam keseharian hidup. Saya selalu coba memberi dukungan dengan berkata atau berkirim pesan: ‘mari saya peluk kamu’. agar merasakan di dunia ini tidak sendirian dalam menghadapi masalah-masalah yang membuat hati tidak bahagia, tetapi ada teman untuk berbagi, dimana bisa saling memberikan kehangatan dengan cintakasih.
Di Indonesia tidak semua orang terbiasa untuk memberi pelukan pada orang asing atau sekedar teman, sehingga dari kebiasaan saya ini beberapa kali mendapat respon yang tidak diharapkan, ada beberapa orang yang menjadi salah paham dan salah tangkap maksud hati, yang hanya ingin memberi kelegaan, ketentraman. Semoga budaya memberi kasih tanpa pamrih ini bisa lebih diterima dengan tulus tanpa prasangka macam-macam.
Pelukan gratis
Lenny seorang teman yang bermukim di Jerman, minggu lalu mengirimkan foto-foto tentang kegiatan kampanye ‘Pelukan Gratis’ di Zeil - Pusat Shopping Centre’ Frankfurt, di millis kami bersama yaitu Globalindo (GIS).
Awal dari gerakan kampanye ‘pelukan gratis’ ini berasal dari seorang pria bernama Juan Mann yang berkampanye memberi “Pelukan Gratis” yang dia mulai pada tanggal 1 Desember 2004, dia mulai memberikan pelukan di Pitt Street Mall di pusat kota Sydney. Hal tersebut Mann lakukan, pada saat merasa tertekan dan kesepian sebagai akibat dari kesulitan pribadi yang banyak mendera dalam hidupnya. Pelukan yang dia dapatkan dari orang asing di jalanan mampu membuat perasaannya nyaman dan merasakan sensasi sebagai sosok seorang yang istimewa, karena dengan peluk, kita bisa merasa ternyata banyak orang yang sayang.
Ketika jaman dimana sesuatu yang gratis itu sulit di dapat, maka ketika ada orang yang memberikan sesuatu dengan gratis, banyak orang tidak percaya dan memandang dengan sikap curiga. Seperri contoh, seorang teman yang suka rela mendonorkan ginjalnya untuk seseorang, tidak serta merta ucapan syukur dan terima kasih yang dia dapat untuk tindakannya ini, malah pandangan curiga dan ketidak percayaan lebih mendominasi situasi yang ada. Demikian juga kegiatan ‘pelukan gratis’ di jalanan untuk orang asing yang tidak kita kenal dan ‘pelukan gratis’ untuk seorang teman yang bukan kekasih yang kita berikan, banyak disikapi dengan kecurigaan dan pertanyanan, kenapa ada hal seperti ini?
Ketika segala hal harus dibeli, bukan diberikan gratis. Ulah Juan Mann pun mendapat tekanan sehingga diberhentikan, dianggap menganggu ketertiban umum, sampai akhirnya Pada tanggal 30 Oktober 2006, Mann diundang oleh Oprah Winfrey untuk tampil di acaranya Oprah. Mann sangat gigih dengan metode ‘peluk gratis’ nya, tanggal 25 Desember 2007, dia membuat e-book “Panduan Illustrated ke Pelukan Gratis” tersedia sebagai download gratis. Pada tanggal 22 November 2008, tayang di YouTube. (sumber: Wikipedia)
Kampanye ‘pelukan gratis’ adalah suatu tindakan tulus dimana kita bisa saling memberi dekapan kasih satu dengan lainnya, membangun rasa kemanusiaan untuk saling memerhatikan dan memberi dukungan pada jiwa untuk suatu amal perbuatan kasih. Mengapa masih banyak orang curiga ketika kita tulus memberikannya?. Itu lebih disebabkan situasi kemasyarakatan sekarang ini, dimana tindak kekerasan mewarnai hidup manusia. Marilah kita canangkan motto: ‘jangan ukur cinta dengan logika, Tetapi rasakan cinta kasih bekerja didalam hati anda’.
Manusia butuh teman
Perumpamaan bahwa: ‘manusia ibarat malaikat bersayap satu, dimana dia perlu teman untuk bergandengan dan mempunyai dua sayap agar bisa terbang tinggi’ sebuah perumpamaan yang pas! Sebagai makhluk sosial, manusia butuh sentuhan, jika fisik tidak bisa bertahan dengan tidak makan dan minum, demikian pula jiwa tidak akan tahan jika hidup tanpa kasih, tanpa cinta, tanpa teman.
Sering kali kita hidup dengan membuat kotak-kotak sehingga kita hidup terpisah secara kejiwaan. Coba bayangkan hanya untuk mendapatkan pelayanan disebuah salon saja, tertulis ‘melayani hanya dari kalangan umat tertentu’, bukankah hidup perlu kebersamaan, mengapa harus merasa berbeda?. Mari Alirkan cintakasih tanpa memandang suku, agama dan bangsa, buatlah dunia lebih nyaman untuk ditinggali.
Hukum energi cinta berkata: ‘sebanyak yang engkau berikan, maka akan dikembalikan dengan berlipat ganda’. Kasih sayang bisa didengar oleh orang tuli. Kasih sayang bisa dilihat oleh orang buta, dan kasih sayang bisa dirasakan oleh jiwa kita.
Jika dengan memberi senyum yang tulus dan pelukan hangat pada orang yang membutuhkan kekuatan, bisa membuat keadaan menjadi lebih baik, mengapa tidak kita lakukan? Daripada saling menghujat serta menyakiti dengan pelbagai kekerasan.
No comments